Pepatah mengatakan, rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Pekerjaan orang lain terlihat lebih menarik daripada pekerjaan sendiri. Itulah yang terpampang di setiap perempatan perkotaan, sebuah sponsorsif dari sebuah merk rokok yang kusukai. 2 menit berdiri di perempatan Pasar Babat menjadi inspirasi tulisan ini.
Setiap orang yang bekerja tentu pernah merasakan jenuh, penat, seakan-akan suatu beban yang berat. Di sisi lain seseorang juga membutuhkan pekerjaannya sehingga tidak bisa melepas begitu saja. Jadilah dia bekerja dengan penuh rasa tertekan, lahir dan batin.
Ketika melihat sekeliling, seringkali ada perasaan pekerjaan orang lain lebih baik dan lebih nikmat daripada pekerjaan sendiri. Atau kalau boleh dikata lembaga sekolah lain lebih baik, lebih enak dan lebih nyaman dari pada sekolah kita. Apakah mungkin waktunya lebih longgar, pekerjaannya lebih ringan, atau penghasilannya lebih besar. Teman kerja lebih kompak, hubungan sesama rekan kerja lebih harmonis, patut dan kepatuhan lebih baik, perasaan lebih terjaga, dan jarak tempuh lebih dekat. Melihat demikian itu pekerjaan sendiri terlihat menjadi kurang berharga, kurang menarik, kurang bermakna, kurang dibutuhkan, tidak diharapkan.
Tanyakanlah pada diri: “Apa yang sebenarnya saya cari? Apa sebenarnya pekerjaan yang saya cintai?”
Mengapa perasaan seperti itu muncul dengan tiba-tiba? Biasanya terjadi karena kita kurang menghargai apa yang diberikan kepada kita saat ini. Kita kurang bersyukur dan merasa selalu ada pekerjaan lain yang lebih baik yang seharusnya menjadi hak kita atau ada pikiran lain yang menggerakkan kita yang menuju ke arah sana dan yang serta merta kita tidak pernah menimang-nimang manfaat dan mundharatnya.
Adapun satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencintai apa yang kita kerjakan. Apakah saat ini diri kita seorang guru, karyawan, pengusaha, pedagang asongan, atau pengangguran yang sedang mencari pekerjaan, nikmati dan jalani dengan sepenuh hati. Mencintai pekerjaan akan membuat kita berusaha memberikan yang terbaik untuk diri sendiri, tempat kita bekerja, dan semoga bisa menjadi persembahan dan kebaktian bagi Allah Ta’ala. Mencintai pekerjaan akan memperkuat energi dan memberi kesegaran.
Lantas bagaimana jika pekerjaan yang sekarang tidak cocok? Apakah harus tetap dipaksakan mencintainya?
Ingat, apa yang terjadi pada diri saat ini, termasuk mengapa kita melakukan pekerjaan tersebut semuanya ada dalam pengetahuan Allah Yang Maha Ilmu. Kita ada di sana karena Dia mengizinkannya. Karenanya jalani dan hayati sambil terus mengamati ke mana pergerakan diri selanjutnya.
Tugas selanjutnya adalah berusaha mengenali apa yang sebenarnya kita cintai untuk dikerjakan, dan mulai melakukannya. Karenanya jika mencari pekerjaan, tanyakanlah pada diri: “Apa yang sebenarnya saya cari? Apa sebenarnya pekerjaan yang saya cintai?” Jika kita sungguh-sungguh menjalani sepenuh hati apa yang ada di tangan saat ini sambil terus menemukan pekerjaan yang kita cintai, maka Allah Maha Kuasa untuk memberikan jalan dan mengaturnya secara halus, tanpa menyakiti siapapun sampai akhirnya menemukan tempat yang paling tepat untuk berkarya.
Banyak orang memilih pekerjaan apa yang dapat dan tidak sesuai dengan dirinya. Hal ini akan menciptakan rasa tertekan. Temukan apa yang menjadi kekuatan diri dan kemampuan alami diri Anda dan cobalah menemukan pekerjaan yang cocok dengan hal itu. Bayangkan betapa indahnya ketika seseorang bisa melakukan apa yang dia cintai untuk dilakukan. Pekerjaan akan menjadi sebuah hobi, prestasi dan persembahan terbaik bagi semua orang.
Karenanya, mari belajar mengerjakan apa-apa yang kita cintai agar kita bisa mencintai apa-apa yang kita kerjakan. Jika belum bisa melakukannya, mohonlah pertolongan Allah agar Dia membantu menempatkan kita pada tempat yang tepat. Agar bisa bekerja dan berkarya dengan penuh rasa cinta.
Sebagai penutup, saya mengutip ucapan Ali bin Abi Thalib yang dirangkum dalam Kitab “Nahjul Balaghah”.
“Mencukupkan diri dengan sesuatu yang berada di tanganmu lebih kusukai bagimu daripada usahamu memperoleh apa yang ada di tangan orang lain. Pahitnya kegagalan untuk memiliki sesuatu, lebih “manis” daripada memintanya dari orang lain.”
“Pekerjaan tangan yang paling sederhana sekalipun, demi mempertahankan harga diri seseorang, jauh lebih utama daripada kekayaan yang disertai penyelewengan.”
0 comments:
Posting Komentar