Abstrak : Setiap sekolah
memiliki permasalahan yang berbeda-beda, dan memerlukan penyelesaian yang
berbeda pula. Permasalahan yang terjadi di SD Negeri kadungrejo 1 Kecamatan
Baureno yang amat komplek diperlukan penanganan serius dan memerlukan keprofesioalitas
guru dalam arti sikap guru terhadap
profesinya serta derajad pengetahuan dan keahlian yang dimiliki guru dalam rangka melakukan pekerjaannya.
Program kunjungan ke rumah siswa (home visit) bertujuan untuk melakukan
koordinasi dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa dan
menjalin komunikasi dalam rangka membuka kebuntuan hubungan antara sesama warga
sekolah sehingga setiap perbedaan dalam politik praktis di desa tidak
mempengarui proses belajar mengajar di sekolah. Dengan demikian tujuan
pendidikan yaitu mempersiapkan individu – individu agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, menyesuaikan diri dengan tuntutan – tuntutan jaman yang
senantiasa berkembang pesat dalam waktu dan wilayah tertentu dapat tercapai.
Kata kunci : masalah di sekolah dasar, kunjungan
ke rumah siswa
Pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian utama
dinegeri ini. Karena dengan pendidikan yang memadai maka Indonesia
akan mampu terus eksis di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa depan
yang penuh tantangan global.
Sekolah Dasar adalah sebagai bagian dari lembaga formal yang
berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah tentu keberhasilan sekolah tidak bisa
terlepas dari peran seluruh warga sekolah, masyarakat, model pendidikan dan
pengembangannya. Warga sekolah meliputi seluruh individu yang terlibat di
sekolah tersebut, antara lain kepala sekolah, guru, siswa dan
pegawai. Masyarakat dalam arti masyarakat di lingkungan sekolah , warga
yang menyekolahkan putra – putrinya di sekolah tersebut serta masyarakat
yang menaruh perhatian pada sekolah. Model pendidikan dalam arti model
pendidikan yang tepat termasuk strategi pembelajaran, sumber belajar,
pengembangan kurikulum dan lain – lain sebagai upaya mengakomodasi tuntutan
masyarakat yang kian berkembang.
Permasalahannya yang dihadapi sekolah dasar berbeda beda,
apalagi tuntutan masyarakat yang makin lama makin
berkembang sejalan dengan tuntutan jaman. Sehingga mau tidak mau dan
menjadi keniscayaan, guru sebagai sosok yang langsung berinteraksi dengan
siswa, juga dituntut profesional dibidangnya dan
harus mengetahui betul apa kebutuhan anak didiknya. Untuk dapat
mengatasi setiap permasalahan diperlukan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugasnya, khusunya kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Djam’an
Satori dkk). Yang lebih penting dari itu semua adalah kemauan guru untuk peduli
terhadap setiap permasalahan anak didiknya.
Definisi Konflik
Konflik
menurut Winardi (1994: 1) adalah adanya oposisi atau
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau
pun organisasi-organisasi. Sejalan dengan pendapat Winardi, menurut
Alo Liliweri (1997: 128) adalah bentuk perasaan yang tidak beres
yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu
orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Sebagaimana
kita ketahui konflik dapat secara positif fungsional sejauh
ia memperkuat kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia
bergerak melawan struktur.
Konflik
didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut
menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap
tindakan tersebut.
Implikasi
dari definisi konflik di atas adalah :
- Konflik
dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah system kerja peraturan.
- Konflik
harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik
tersebut.
- Keberlanjutan
bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika
suatu tujuan telah tercapai
- Tindakan
bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak
- Definisi
ini bukan berarti menjadi definisi keseluruhan karena
- perbedaan
pihak-pihak yang terlibat akan menyebabkan perbedaan pandangan
terhadap konflik tersebut.
- Definisi
ini tidak termasuk kekerasan, perang dan kegiatan pengrusakan
- Konflik
tidak dibatasi sebagai situasi yang konstan.
Akhir-akhir
ini masalah di Sekolah Dasar Negeri Kadungrejo 1 Kecamatan Baureno Kabupaten
bojonegoro amat komplek, dimana selain menghadapi permasalahan internal sekolah
yaitu siswa, juga adanya permasalahan eksternal yaitu imbas politik praktis (pemilihan Kepala Desa) di desa yang
mempengaruhi kebuntuan komunikasi antara sesama warga sekolah. Untuk dapat
mengatasi permasalahan internal dan meminimalisir masalah eksternal, sekolah
melakukan upaya menyelesaikan masalah melalui program kunjungan ke rumah siswa (home visit). Dengan demikian diharapkan
home visit dapat menyelesaikan masalah di sekolah. Berikut ini akan diuraikan
masalah dan usaha menyelesaikan masalah melalui program kunjungan ke rumah
siswa (home visit)
MASALAH DI SD NEGERI KADUNGREJO 1
Sekolah Dasar Negeri
Kadungrejo 1 berada di wilayah paling utara kecamatan Baureno ± 4 KM dari
ibukota kecamatan dan sekaligus wilayah perbatasan dengan kabupaten Tuban. Letak
sekolah yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo mengakibatkan sekolah menjadi
langganan banjir setiap tahunnya. Kondisi ekonomi orang tua siswa rata-rata dalam
kategori ekonomi lemah. Secara rinci masalah di SD Negeri Kadungrejo 1
diantaranya:
- Sekolah berada di wilayah bencana banjir,
sehingga hampir sebagian besar siswanya dari keluarga golongan ekonomi rendah
- Sekolah berada di wilayah bencana banjir, sehingga hampir
sebagian besar siswanya dari keluarga golongan ekonomi rendah.
- Kurangnya kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang
diberikan sekolah sehingga sekolah sangat minim murid bahkan jumlah muridnya
terendah sekecamatan Baureno.
- Tidak adanya guru kelas PNS
- Minimnya anggaran sehingga sekolah tidak mampu menyediakan
fasilitas lain dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap siswa.
- Kurangnya kedewasaan berpolitik sehingga setiap adanya
kegiatan pemilu khususnya Pemilihan Kepala Desa sangat mempengarui terhadap
pandangan masyarakat terhadap pengelola sekolah dan semua pihak yang bersimpati
terhadap sekolah.
- Adanya pengaruh luar untuk tidak menyekolahkan
putra-putrinya ke SD
Permasalahan
di atas membutuhkan penanganan yang serius dari warga sekolah sendiri khususnya
guru. Guru adalah ujung tombak terdepan dalam mencerdaskan anak didik. Dalam
mengatasi masalah di atas selain guru harus memiliki kompetensi profesional
juga harus memiliki kompetensi sosial. Sehingga fungsi pendidikan sebagaimana
yang diamanatkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2003 dimana Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa , bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratif
serta bertanggung jawab dapat terwujud.
KUNJUNGAN KE RUMAH SISWA
Langkah awal
sekolah dalam mengatasi masalah adalah
dengan menyusun program kunjungan ke rumah siswa. Agar program ini dapat
terlaksana dengan baik maka diperlukan profesionalisme, dalam arti sikap guru terhadap profesinya serta derajad pengetahuan
dan keahlian yang dimiliki guru dalam rangka melakukan pekerjaannya.
Kaitan
antara Program Kunjungan Rumah dan Profesionalitas guru menurut Djam’an Satori
dkk bahwa guru yang profesional apabila memiliki :
1.
Kompetensi
profesional ; artinya guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari subject
matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis
dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang
tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar.
Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan
pemahaman terhadap subjek didik (murid)
2. Kompetensi
personal ; artinya guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani,
seperti ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu : tut wuri handayani, ing madya
mangun karsa dan ing ngarso sung tulodho.
3. Kompetensi
sosial : artinya guru mampu menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial ,
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala
sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kemampuan
untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya yang berarti mengutamakan
nilai kemanusiaan daripada nilai benda material.
Sehingga Program Kunjungan Rumah menurut penulis
amat terkait erat dan merupakan salah satu bentuk profesionalitas
guru. Nah, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan
tercapainya program pemerintah wajib belajar 9 tahun, tentu masalah – masalah
yang ada Sekolah Dasar harus dicarikan jalan
keluarnya. Sebagai contoh
1. ketika
terjadi suatu masalah dengan siswanya yang tidak bisa diselesaikan di sekolah
maka guru hendaknya tidak hanya menunggu bola tiba. Tidak ada salahnya
guru menjemput bola. Dalam arti guru berperan aktif mencari solusi
atas permasalahan yang ada.
2. ketika terjadi kebuntuan komunikasi antara sesama
warga sekolah yang disebabkan oleh pengaruh politik praktis yang ada di desa,
guru dengan kompetensi sosialnya harus mampu berkomunikasi dan memediasi agar
kepentingan anak didik dan sekolah pada umumnya tidak terganggu.
Penulis yakin bahwa silaturahmi yang dikemas
dalam program kunjungan rumah adalah sangat dianjurkan di ajaran agama
dan bukan hal yang mewah namun sederhana. Sederhana apabila
kunjungan rumah tersebut dimaknai sebagai hal yang biasa dalam menunjang proses
belajar mengajar. Kunjungan
rumah berarti guru berkunjung ke tempat tinggal anak didik, dengan tujuan :
- berkoordinasi
dengan orang tua siswa untuk menangani siswa yang sering membolos,
- berkoordinasi
dengan orang tua siswa untuk menangani siswa yang nakal di sekolah
- berkoordinasi
dengan orang tua siswa untuk menangani siswa yang tidak pernah
mengerjakan PR
- berkoordinasi
dengan orang tua siswa untuk menangani siswa yang sering sakit di
sekolah
- menjenguk
siswa yang sakit
- silaturahmi
keluarga siswa apabila terkena musibah/ berduka
- mengkomunikasikan apabila terjadi kesalahfahaman
- promosi
sekolah
- dll
Tentu saja
kemampuan guru untuk bisa mengunjungi tempat tinggal anak didiknya tidaklah
sama. Tergantung jauh dekatnya tempat tinggal siswa, sarana transportasi yang
dimiliki guru, kuantitas dan besar kecilnya permasalahan yang dihadapi dan yang
paling utama adalah kemauan guru. Banyak jalan menuju Roma.
Wali murid yang mendapat kunjungan guru
akan merasa sangat diperhatikan, terhormat, dan merasa
dihargai, disamping ada rasa malu dan
segan apabila masalah yang dihadapi siswa termasuk hal yang negatif.
Sehingga wali murid yang mempunyai putra/putri yang bermasalah akan berusaha
sekuat tenaga menyelesaikan permasalahan yang ada. Di samping itu Program
Kunjungan Rumah akan membuat guru lebih mengerti terhadap permasalahan yang
dihadapi anak didik. Nah apabila siswa sudah keluar dari permasalahan maka
proses belajar dan pembelajaran terhadap siswa itu bisa berjalan.
Hal ini
memang berat bagi guru untuk melaksanakan Program Kunjungan Rumah, apalagi akan memulai suatu hal yang belum pernah dilakukan. Tetapi menjadi guru adalah
sebuah panggilan jiwa. Setidaknya idealnya begitu. Pekerjaan yang dilakukan
dengan hati dan kasih sayang. Sekolah bukan sebuah perusahaan pencetak orang
pintar dan baik. Menjadi seorang guru berbeda dengan menjadi karyawan
perusahaan karena seorang guru haruslah bisa memperluas hatinya seluas
samudera guna menampung kasih sayang bagi seluruh murid yang telah dianggap
sebagai anak-anaknya. Guru adalah seorang pengabdi yang profesional. Guru
adalah guru, yang digugu lan ditiru.
Namun nanti pada akhirnya apabila Program Kunjungan Rumah telah terlaksana pasti bisa merasakan warna kehidupan yang beragam dengan seluruh suka
dan dukanya. Apalagi bagi guru dari siswa yang berlatar belakang ekonomi
yang kurang. Pertanyaan – pertanyaan guru tentang penyebab masalah siswa cepat
mendapat jawaban dengan melihat kenyataan yang ada. Dengan Program Kunjungan
Rumah sekat yang menghalangi antara guru dan wali murid bisa ditipiskan, kalau pun toh tidak bisa ditiadakan.
Hal-hal yang bisa menghalangi terwujudnya Program Kunjungan Rumah adalah :
- Bagi guru yang tidak mempunyai alat transportasi jelas merupakan suatu hambatan
- Guru kurang mempunyai waktu karena banyaknya pekerjaan guru
- Tempat
tinggal siswa jauh dari sekolah
- Guru tidak
mempunyai dana pribadi
- Rekan
sejawat tidak memberi dukungan
- Guru tidak
berkemauan keras melaksanakan Program Kunjungan Rumah
- Adanya anggapan guru bahwa seluruh siswanya dalam keadaan baik – baik saja
- Kerikuhan guru yang kompetensi sosialnya kurang
- Masuknya guru dan warga sekolah di ranah politik
praktis desa yang mengakibatkan kebuntuan komunikasi antar sesama warga sekolah
- dll.
Namun manfaat yang dapat dipetik dari program
Kunjungan Rumah antara lain :
- Guru dapat
menjalin koordinasi dengan orang tua siswa mengenai masalah yang dihadapi siswa
- Guru dapat
mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi siswa
- Orang tua
siswa pada umumnya lebih memberi perhatian kepada siswa
daripada sebelum ada Kunjungan Rumah
- Apabila
Kunjungan Rumah dilakukan guru dengan siswa lain maka terjadi proses
penanaman jiwa sosial bagi teman yang melakukan kunjungan rumah itu
- Guru mendapat
masukan dari orangtua siswa tentang kegiatan belajar mengajar
- Siswa lebih termotivasi untuk kegiatan belajar dan
mengajar
- Sekolah akan
mendapat penilaian yang bagus dari masyarakat karena guru-gurunya sangat
peduli pada siswa.
- Siswa lebih
aktif sekolah
- Hubungan
baik antara guru dengan keluarga siswa akan terjalin bahkan kelak sampai
siswa telah lulus dari sekolah
- Bangkitnya
kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan sekolah terhadap anak
didiknya.
Agar
pelaksanaan program kunjungan ke rumah siswa dapat berjalan lancar guru
menyusun program dan jadwal pelaksanaan. Adapun cara pelaksanaan Program
Kunjungan Rumah (home visit) di SD Negeri Kadungrejo 1 antara lain :
- Guru meminta
ijin/memberitahu Kepala Sekolah sebelum melakukan Kunjungan Rumah
- Guru bisa
bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan Kunjungan Rumah bersama-sama.
- Guru bisa
melakukan Kunjungan Rumah bersama perwakilan teman sekelas.
- Guru bisa
melakukan Kunjungan Rumah dengan seluruh teman sekelas apabila faktor keamanan
dan transportasi memungkinkan.
- Guru bisa
membawa buah tangan sekedarnya bila ada dana
- Waktu
pelaksanaan bisa seminggu sekali atau tergantung kebutuhan
- dll.
Setelah
melakukan kunjungan ke rumah siswa ( home visit ) kemudian guru menganalisis
setiap permasalahan yang ada yang selanjutnya menyusun laporan. Dari laporan
tersebut dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan. Setiap bulan guru
melakukan evaluasi program dan pelaksanaan sebagai tindak lanjut kegiatan.
Tentunya hal
ini bukan pekerjaan mudah bagi guru, namun jika dilaksanakan dengan menggunakan
hati, maka menolong anak didik selain sebagai tugas dan tanggung jawab juga
merupakan kewajiban guru sebagai umat manusia yang selayaknya saling tolong
menolong antar sesama.
Maka menurut
hemat penulis, Program Kunjungan Rumah itu janganlah dijadikan momok bagi guru.
Dengan adanya kemauan guru melakukan kunjungan rumah maka itu merupakan upaya
menjaga profesionalitas guru. Sehingga guru tidak hanya menjadi
sosok yang bersinggasana di menara gading yang bernama sekolah.
DAFTAR
RUJUKAN
Djam’an
Satori, dkk., “Profesi Keguruan”, Universitas Terbuka, Jakarta, Cet.4,
2007
Sudrajat,
Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling.
Winardi. “Manajemen Konflik
(Konflik Perubahan dan Pengembangan)”, Cetakan Kedua,2007, Mandar Maju,
Bandung.