Upacara Bendera

Instilling Love for the Motherland through a Flag Ceremony at SD Negeri Ngemplak II Baureno Bojonegoro.

The creativity of SDN Ngemplak II students in the “Kriya Anyam” competition

Motto : SD Negeri Ngemplak II Cerdas, Aktif, Kreatif, Educative dan Peduli.

Sekolah Penggerak Angkatan III

Pengembangan hasil belajar siswa secara holistic, mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, yang diawali dengan SDM yang unggul.

PRAKTIK BAIK

Pengalaman baik yang diangkat dari aktivitas guru dan siswa dalam program sekolah.

KOMBEL GEN CAKEP SDN NGEMPLAK II

Sarana Belajar dan berbagi baktik Baik serta Refleksi Pembelajaran.

SOSIALISASI ANGGARAN BOS DENGAN KOMITE SEKOLAH DAN WALI MURID SDN KADUNGREJO I

Bertempat di SD Negeri Kadungrejo I Kecamatan Bureno Kabupaten Bojoegoro telah dilaksanakan sosialisasi dana BOS dan BSM. Sekolah telah mengundang wali murid dari siswa-siswi SD dan Komite Sekolah. Sosialisasi dan BOS dan BSM tersebut dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Juli 2014


Sosialisasi Anggaran Bos Dengan Komite Sekolah Dan Wali Murid Sdn Kadungrejo I

Kepala Sekolah (Sukis, S.Pd) sedang memberikan paparan mengenai Jumlah anggaran yang diterima setiap siswa dan anggaran BOS yang telah dierima oleh Sekolah. Selain itu juga diuraikan tentang Penggunaan dan BOS dan BSM serta program-program SD Negeri Kadungrejo I tahun pelajaran 2014 - 2015 di hadapan wali murid dan Komite Sekolah

Peserta sosialisasi Dana Bos dari wali murid mendengarkan paparan Kepala Sekolah dengan tekun. Dengan harapan semua warga sekolah mengetahui sekaligus ikut mengawasi.

Sosialisasi Anggaran Bos Dengan Komite Sekolah Dan Wali Murid Sdn Kadungrejo I

Sosialisasi Anggaran Bos Dengan Komite Sekolah Dan Wali Murid Sdn Kadungrejo I

Progran Kegiatan MOS SD/MI

COP SEKOLAH

PROGRAM KEGIATAN MOS
SDN ........................... KECAMATAN ...........................
TAHUN PELAJARAN 20..... /20......

A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup di lingkungan pendidikan formal (sekolah) dikenal adanya jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi.

Program PPDB SD

PROGRAM
PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB)
SD NEGERI ......
KECAMATAN ..... KABUPATEN .....

PENDAHULUAN
1.1.  LATAR BELAKANG

Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB )  adalah kegiatan  penerimaan dan seleksi calon peserta pendidikan dan pelatihan pada sekolah, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan dasar akademik dan minat bakat terhadap jenjang sekolah yang dituju sebagai bentuk awal pengendalian penjaminan dan penetapan mutu pendidikan. Guna mendukung upaya jenjang pendidikan kearah tujuan yang diinginkan.

SEKOLAHNYA MANUSIA

Membangun sekolah pada hakikatnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. Tetapi secara sadar atau tidak, sekolah justru menutup banyak potensi yang dimiliki oleh para siswa. Banyak sekolah menjalankan kurikulumnya secara kaku dengan  target-target yang telah ditetapkan oleh sekolah itu sendiri melalui rapat awal  tahun pelajaran, mulai dari proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah, dan target hasil belajar akhir (Ujian) yang harus dicapai oleh para siswanya. Sekolah bukan hanya sebagai tempat mengejar nilai ulangan harian atau ulangan semester, tetapi sekolah merupakan tempat “kelahiran” berbagai potensi dan bakat yang dimiliki oleh setiap siswa. Alasan klasik yang biasa dikemukakan oleh sekolah adalah demi mengejar UN (Ujian Nasional) maka sejak awal tahun pelajaran semua usaha dan biaya diarahkan untuk kesuksesan UN tersebut.

Tulisan yang berjudul SEKOLAHNYA MANUSIA ini tidak bermaksud menggagalkan UN apalagi menggusur keberadaan Ujian Nasional dengan delapan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang merupakan hasil temuan Howard Gardner (1986) justru ingin menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa untuk dapat dimanfaatkan oleh para guru selama dalam pembelajaran. Ketika seorang guru menemukan saat-saat yang mengesankan dalam pekerjaannya karena dapat mentransfer materi pelajaran kepada siswa dengan berbagai cara, berbagai metode belajar, dan strategi  pembelajaran dan pada akhirnya siswa tersebut bisa memahami dengan baik materi yang diajarkan. Tentunya ketika guru mendapatkan momen spesial  seperti di atas bukanlah hal yang mudah, mungkin setelah beberapa kali bahkan puluhan kali cara dicoba barulah terjadi koneksi antara guru – materi pelajaran – dan siswa.

Teori multiple intelligences yang dikembangkan oleh Howard Gardner sebagai landasan mengubah paradigma sebelumnya dalam mendefinisikan kecerdasan manusia. Kecerdasan tidak hanya dapat dinilai dan dibatasi oleh tes-tes formal belaka, dan anggapan keliru ini telah tertanam dalam benak pikiran para orang tua secara berlebihan. Orang tua akan memprotes pihak guru/sekolah jika anaknya pada mata pelajaran matematika mendapatkan nilai 8 sementara pada mata pelajaran seni mendapat nilai 4. Padahal, hal tersebut dapat saja terjadi jika siswa tersebut memiliki kecerdasan matematika yang menonjol, sementara kemampuan dalam bidang seni tidak ada. Delapan kecerdasan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan Linguistik (berbahasa), kecerdasan Matematik (hitung menghitung), kecerdasan Spasial (ruang__imajinasi), kecerdasan Intra Personal (pribadi), kecerdasan Inter Personal (bergaul), kecerdasan kinestetik (olah raga), dan kecerdasan Naturalis (ahli biologi). Dan dalam diri manusia terdapat minimal 2 sampai 3 jenis kecerdasan. Berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa secara beragam tersebut dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam pembelajaran di kelas.

Permasalahan akan muncul ketika para guru yang akan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan dan strategi multiple intelligences tidak dapat mengembangkan pembelajaran dan menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator belajar, akhirnya kembali ke pola lama yaitu ceramah dan Tanya jawab. Pelatihan guru dalam mengembangkan berbagai metode dan strategi belajar harus sering dilakukan oleh sekolah, sehingga guru di kelas memiliki banyak cara dalam menyampaikan materi pelajaran. Semakin banyak metode dan strategi yang digunakan guru semakin bermutu pembelajaran tersebut. Satu hal yang harus diluruskan kesalahpahaman yang terjadi  bahwa, Multiple intelligences bukanlah bidang studi, juga bukan kurikulum, multiple intelligences adalah strategi pembelajaran yang berisi aktifitas-aktivitas pembelajaran dengan model dan kreatifitas yang beragam.

Secara sederhana, jika seorang guru mengajarkan materi pelajaran tentang bunga, Bapak/Ibu /guru dapat mengajarkan materi tentang bunga dengan strategi linguistic (bercerita), Spasial (imajinasi/digambarkan), atau natural (pengamatan langsung). Mengajarkan satu indikator (Misal: bunga) dengan cara yang berbeda (mengulang-ulang) memang membutuhkan waktu tambahan, namun hal ini akan lebih baik dan lebih melayani kebutuhan siswa sesuai dengan kecerdasan (daya tangkap) yang dimilikinya. Pengulangan (remed) akan semakin menguatkan daya ingat dalam memori jangka panjang yang ada di otaknya.

Kesalahpahaman juga masih terjadi oleh para praktisi pendidikan, bahwa strategi belajar multiple intelligences hanya cocok digunakan untuk siswa Sekolah Dasar (SD) saja. Perlu diketahui bahwa, pemilik kecerdasan multiple intelligences bukan hanya anak SD saja, tetapi kemampuan itu akan tetap ada pada setiap manusia dari usia anak-anak sampai manusia dewasa. Artinya strategi pembelajaran dengan multiple intelligences bisa diterapkan baik pada siswa SD, SMP, majupun SMA.(Perguruan Tinggi di AS sudah ada mata kuliah khusus tentang kecerdasan Multiple Intelligences).

Munif Chatib penulis buku Sekolahnya Manusia yang juga sebagai Konsultan Pendidikan dan Manajemen Sekolah YIMI Full Day School Gresik, memperkenalkan alat riset yang bernama MIR (Multiple Intelligences Research) yang digunakan pada saat penerimaan siswa baru dan setiap tahun kenaikan jenjang (kenaikan kelas). MIR ini tidak digunakan untuk menolak atau menerima siswa dan juga tidak untuk menentukan siswa naik kelas atau tidak naik kelas, tetapi MIR digunakan untuk membantu guru mendekatkan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Penilai hasil belajar dilakukan dengan melihat kompetensi siswa setelah memenuhi indikator hasil belajar melalui penilaian autentik. Penilaian ini bersumber dari aktifitas pembelajaran baik kognitif, psikomotor, maupun afektif. (Asep_108)

APA YANG KELIRU DALAM PENDIDIKAN KITA

Oleh : Sukis, S.Pd
Kepala SD Negeri Kadungrejo I Baureno
Blogger : sukisspd.blogspot.com

Istilah “carut marut pendidikan dalam dilembaga kitasudah berjalan bertahun tahun. Sebenarnya permasalahan ini tidak saja dihadapi oleh SD Negeri Kadungrejo I saja, tetapi hampir disetiap Sekolah Dasar di Indonesia mengalaminya, hanya kualitas dan kuantitasnya yang berbeda. Setiap ada pergantian pimpinan tentunya akan mempengaruhi setiap kebijakan. Setiap kebijakan akam menimbulkan pro dan kontra antara semua warga sekolah. Namun dalam alam demokrasi yang baru terbuka lebar semua orang boleh berbicara memberi tanggapan, saran maupun kritik syah-syah saja.

Usaha Mengatasi Masalah dengan Program Kunjungan ke Rumah Siswa


Abstrak : Setiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda-beda, dan memerlukan penyelesaian yang berbeda pula. Permasalahan yang terjadi di SD Negeri kadungrejo 1 Kecamatan Baureno yang amat komplek diperlukan penanganan serius dan memerlukan keprofesioalitas guru dalam arti  sikap guru terhadap profesinya serta derajad pengetahuan dan keahlian yang dimiliki  guru dalam rangka melakukan pekerjaannya. Program kunjungan ke rumah siswa (home visit) bertujuan untuk melakukan koordinasi dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa dan menjalin komunikasi dalam rangka membuka kebuntuan hubungan antara sesama warga sekolah sehingga setiap perbedaan dalam politik praktis di desa tidak mempengarui proses belajar mengajar di sekolah. Dengan demikian tujuan pendidikan yaitu mempersiapkan individu – individu agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, menyesuaikan diri dengan tuntutan – tuntutan jaman yang senantiasa berkembang pesat dalam waktu dan wilayah tertentu dapat tercapai.

Kata kunci : masalah di sekolah dasar, kunjungan ke rumah siswa

Pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapat perhatian utama dinegeri ini.  Karena dengan pendidikan yang memadai maka Indonesia akan mampu terus eksis di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa depan yang penuh tantangan global. 

Sekolah Dasar adalah sebagai bagian dari lembaga formal yang berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah   tentu keberhasilan sekolah  tidak bisa terlepas dari peran seluruh warga sekolah, masyarakat, model pendidikan dan pengembangannya.  Warga sekolah meliputi seluruh individu yang terlibat di sekolah tersebut, antara lain  kepala sekolah, guru, siswa dan pegawai.  Masyarakat dalam arti masyarakat di lingkungan sekolah , warga yang menyekolahkan putra – putrinya di sekolah tersebut serta  masyarakat yang menaruh perhatian pada sekolah. Model pendidikan dalam arti model pendidikan yang tepat termasuk strategi pembelajaran, sumber belajar, pengembangan kurikulum dan lain – lain sebagai upaya mengakomodasi tuntutan masyarakat yang kian berkembang.

Permasalahannya yang dihadapi sekolah dasar berbeda beda, apalagi tuntutan masyarakat yang makin lama makin  berkembang sejalan dengan tuntutan jaman.  Sehingga mau tidak mau dan menjadi keniscayaan, guru sebagai sosok yang langsung berinteraksi dengan siswa, juga dituntut profesional dibidangnya dan harus mengetahui betul apa kebutuhan anak didiknya. Untuk dapat mengatasi setiap permasalahan diperlukan kompetensi guru  dalam melaksanakan tugasnya, khusunya kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Djam’an Satori dkk). Yang lebih penting dari itu semua adalah kemauan guru untuk peduli terhadap setiap permasalahan anak didiknya.

Definisi Konflik

Konflik menurut Winardi (1994: 1) adalah adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau pun organisasi-organisasi. Sejalan dengan pendapat Winardi, menurut Alo Liliweri (1997: 128) adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Sebagaimana kita ketahui konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.

Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut.

Implikasi dari definisi konflik di atas adalah :

  1. Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah system kerja peraturan.
  2. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.
  3. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah tercapai
  4. Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak
  5. Definisi ini bukan berarti menjadi definisi keseluruhan karena
  6. perbedaan pihak-pihak yang terlibat akan menyebabkan perbedaan pandangan terhadap konflik tersebut.
  7. Definisi ini tidak termasuk kekerasan, perang dan kegiatan pengrusakan
  8. Konflik tidak dibatasi sebagai situasi yang konstan.

Akhir-akhir ini masalah di Sekolah Dasar Negeri Kadungrejo 1 Kecamatan Baureno Kabupaten bojonegoro amat komplek, dimana selain menghadapi permasalahan internal sekolah yaitu siswa, juga adanya permasalahan eksternal yaitu imbas politik praktis (pemilihan Kepala Desa) di desa yang mempengaruhi kebuntuan komunikasi antara sesama warga sekolah. Untuk dapat mengatasi permasalahan internal dan meminimalisir masalah eksternal, sekolah melakukan upaya menyelesaikan masalah melalui program kunjungan ke rumah siswa (home visit). Dengan demikian diharapkan home visit dapat menyelesaikan masalah di sekolah. Berikut ini akan diuraikan masalah dan usaha menyelesaikan masalah melalui program kunjungan ke rumah siswa (home visit)

MASALAH DI SD NEGERI KADUNGREJO 1

Sekolah Dasar  Negeri Kadungrejo 1 berada di wilayah paling utara kecamatan Baureno ± 4 KM dari ibukota kecamatan dan sekaligus wilayah  perbatasan dengan kabupaten Tuban. Letak sekolah yang berada di pinggiran sungai Bengawan Solo mengakibatkan sekolah menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Kondisi ekonomi orang tua siswa rata-rata dalam kategori ekonomi lemah. Secara rinci masalah di SD Negeri Kadungrejo 1 diantaranya: 

  1. Sekolah berada di wilayah bencana banjir, sehingga hampir sebagian besar siswanya dari keluarga golongan ekonomi rendah
  2. Sekolah berada di wilayah bencana banjir, sehingga hampir sebagian besar siswanya dari keluarga golongan ekonomi rendah.
  3. Kurangnya kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan sekolah sehingga sekolah sangat minim murid bahkan jumlah muridnya terendah sekecamatan Baureno.
  4. Tidak adanya guru kelas PNS
  5. Minimnya anggaran sehingga sekolah tidak mampu menyediakan fasilitas lain dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap siswa.
  6. Kurangnya kedewasaan berpolitik sehingga setiap adanya kegiatan pemilu khususnya Pemilihan Kepala Desa sangat mempengarui terhadap pandangan masyarakat terhadap pengelola sekolah dan semua pihak yang bersimpati terhadap sekolah.
  7. Adanya pengaruh luar untuk tidak menyekolahkan putra-putrinya ke SD

Permasalahan di atas membutuhkan penanganan yang serius dari warga sekolah sendiri khususnya guru. Guru adalah ujung tombak terdepan dalam mencerdaskan anak didik. Dalam mengatasi masalah di atas selain guru harus memiliki kompetensi profesional juga harus memiliki kompetensi sosial. Sehingga fungsi pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2003 dimana Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab dapat terwujud.

KUNJUNGAN KE RUMAH SISWA

Langkah awal  sekolah dalam mengatasi masalah adalah dengan menyusun program kunjungan ke rumah siswa. Agar program ini dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan profesionalisme, dalam arti  sikap guru terhadap profesinya serta derajad pengetahuan dan keahlian yang dimiliki  guru dalam rangka melakukan pekerjaannya.

 Kaitan antara Program Kunjungan Rumah dan Profesionalitas guru menurut Djam’an Satori dkk bahwa guru yang profesional apabila memiliki   :

1.      Kompetensi profesional ; artinya guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap subjek didik (murid)
2.   Kompetensi personal ; artinya guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, seperti ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu : tut wuri handayani, ing madya mangun karsa dan ing ngarso sung tulodho.
3.  Kompetensi sosial : artinya guru mampu menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial ,  baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4.  Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai benda material.

Sehingga Program Kunjungan Rumah menurut penulis amat terkait erat dan merupakan salah satu bentuk profesionalitas guru. Nah, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan tercapainya program pemerintah wajib belajar 9 tahun, tentu masalah – masalah yang ada Sekolah Dasar  harus dicarikan jalan keluarnya. Sebagai contoh

1. ketika terjadi suatu masalah dengan siswanya yang tidak bisa diselesaikan di sekolah maka guru hendaknya tidak hanya menunggu bola tiba. Tidak ada salahnya guru menjemput bola. Dalam arti guru  berperan aktif mencari solusi atas permasalahan yang ada.
2. ketika terjadi kebuntuan komunikasi antara sesama warga sekolah yang disebabkan oleh pengaruh politik praktis yang ada di desa, guru dengan kompetensi sosialnya harus mampu berkomunikasi dan memediasi agar kepentingan anak didik dan sekolah pada umumnya tidak terganggu.

Penulis yakin bahwa silaturahmi yang dikemas dalam program kunjungan rumah adalah  sangat dianjurkan di ajaran agama dan  bukan hal yang mewah namun  sederhana. Sederhana apabila kunjungan rumah tersebut dimaknai sebagai hal yang biasa dalam menunjang proses belajar mengajar. Kunjungan rumah berarti guru berkunjung ke tempat tinggal anak didik, dengan tujuan :

  1. berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk menangani  siswa yang sering membolos,
  2. berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk menangani  siswa yang nakal di sekolah
  3. berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk menangani  siswa yang tidak pernah mengerjakan PR
  4. berkoordinasi dengan orang tua siswa untuk menangani  siswa yang sering sakit  di sekolah
  5. menjenguk siswa yang sakit
  6. silaturahmi keluarga siswa apabila terkena musibah/ berduka
  7. mengkomunikasikan apabila terjadi kesalahfahaman
  8. promosi sekolah
  9. dll

Tentu saja kemampuan guru untuk bisa mengunjungi tempat tinggal anak didiknya tidaklah sama. Tergantung jauh dekatnya tempat tinggal siswa, sarana transportasi yang dimiliki guru, kuantitas dan besar kecilnya permasalahan yang dihadapi dan yang paling utama adalah kemauan guru.  Banyak jalan menuju Roma.

Wali murid yang mendapat kunjungan guru  akan merasa sangat diperhatikan, terhormat, dan merasa dihargai, disamping ada rasa malu dan segan apabila masalah yang dihadapi siswa termasuk hal yang negatif.  Sehingga wali murid yang mempunyai putra/putri yang bermasalah akan berusaha sekuat tenaga menyelesaikan permasalahan yang ada. Di samping itu Program Kunjungan Rumah akan membuat guru lebih mengerti terhadap permasalahan yang dihadapi anak didik. Nah apabila siswa sudah keluar dari permasalahan maka proses belajar dan pembelajaran terhadap siswa itu bisa berjalan.

Hal ini memang berat  bagi guru untuk melaksanakan Program Kunjungan Rumah, apalagi akan memulai suatu hal yang belum pernah dilakukan. Tetapi menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa. Setidaknya idealnya begitu. Pekerjaan yang dilakukan dengan hati dan kasih sayang. Sekolah bukan sebuah perusahaan pencetak orang pintar dan baik.  Menjadi seorang guru berbeda dengan menjadi karyawan perusahaan karena  seorang guru haruslah bisa memperluas hatinya seluas samudera guna menampung kasih sayang bagi seluruh murid yang telah dianggap sebagai  anak-anaknya. Guru adalah seorang pengabdi yang profesional. Guru adalah guru, yang digugu lan ditiru.
Namun nanti pada akhirnya apabila Program Kunjungan Rumah telah terlaksana pasti bisa  merasakan warna kehidupan yang beragam dengan seluruh suka dan dukanya.  Apalagi bagi guru dari siswa yang berlatar belakang ekonomi yang kurang. Pertanyaan – pertanyaan guru tentang penyebab masalah siswa cepat mendapat jawaban dengan melihat kenyataan yang ada. Dengan Program Kunjungan Rumah sekat yang menghalangi antara guru dan wali murid bisa ditipiskan, kalau pun toh tidak bisa ditiadakan.

Hal-hal yang bisa menghalangi terwujudnya Program Kunjungan Rumah adalah :

  1. Bagi guru yang tidak mempunyai alat transportasi jelas merupakan suatu hambatan
  2. Guru kurang mempunyai waktu karena banyaknya pekerjaan guru
  3. Tempat tinggal siswa jauh dari sekolah
  4. Guru tidak mempunyai dana pribadi
  5. Rekan sejawat tidak memberi dukungan
  6. Guru tidak berkemauan keras melaksanakan Program Kunjungan Rumah
  7. Adanya anggapan guru bahwa seluruh siswanya dalam keadaan baik – baik  saja
  8. Kerikuhan guru yang kompetensi sosialnya kurang
  9. Masuknya guru dan warga sekolah di ranah politik praktis desa yang mengakibatkan kebuntuan komunikasi antar sesama warga sekolah
  10. dll.

Namun manfaat yang dapat dipetik dari program Kunjungan Rumah antara lain :

  1. Guru dapat menjalin koordinasi dengan orang tua siswa mengenai masalah yang dihadapi siswa
  2. Guru dapat mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi siswa
  3. Orang tua siswa pada umumnya lebih memberi perhatian kepada siswa daripada sebelum ada Kunjungan Rumah
  4. Apabila Kunjungan Rumah dilakukan guru dengan  siswa lain maka terjadi proses penanaman jiwa sosial bagi teman yang melakukan kunjungan rumah itu
  5. Guru mendapat masukan dari orangtua siswa tentang kegiatan belajar mengajar
  6. Siswa lebih termotivasi untuk kegiatan belajar dan mengajar
  7. Sekolah akan mendapat penilaian yang bagus dari masyarakat  karena guru-gurunya sangat peduli pada siswa.
  8. Siswa lebih aktif sekolah
  9. Hubungan baik antara guru  dengan keluarga siswa akan terjalin bahkan kelak sampai siswa telah lulus dari sekolah
  10. Bangkitnya kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan sekolah terhadap anak didiknya.

Agar pelaksanaan program kunjungan ke rumah siswa dapat berjalan lancar guru menyusun program dan jadwal pelaksanaan. Adapun cara pelaksanaan Program Kunjungan Rumah (home visit) di SD Negeri Kadungrejo 1 antara lain :

  1. Guru meminta ijin/memberitahu Kepala Sekolah sebelum melakukan Kunjungan Rumah
  2. Guru bisa bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan Kunjungan Rumah bersama-sama.
  3. Guru bisa melakukan Kunjungan Rumah bersama perwakilan teman sekelas.
  4. Guru bisa melakukan Kunjungan Rumah dengan seluruh teman sekelas apabila faktor keamanan dan transportasi memungkinkan.
  5. Guru bisa membawa buah tangan sekedarnya bila ada dana
  6. Waktu pelaksanaan bisa seminggu sekali atau tergantung kebutuhan
  7. dll.

Setelah melakukan kunjungan ke rumah siswa ( home visit ) kemudian guru menganalisis setiap permasalahan yang ada yang selanjutnya menyusun laporan. Dari laporan tersebut dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan. Setiap bulan guru melakukan evaluasi program dan pelaksanaan sebagai tindak lanjut kegiatan.

Tentunya hal ini bukan pekerjaan mudah bagi guru, namun jika dilaksanakan dengan menggunakan hati, maka menolong anak didik selain sebagai tugas dan tanggung jawab juga merupakan kewajiban guru sebagai umat manusia yang selayaknya saling tolong menolong antar sesama.

Maka menurut hemat penulis, Program Kunjungan Rumah itu janganlah dijadikan momok bagi guru. Dengan adanya kemauan guru melakukan kunjungan rumah maka itu merupakan upaya menjaga  profesionalitas guru. Sehingga guru tidak hanya menjadi sosok yang bersinggasana di menara gading yang bernama sekolah.


DAFTAR RUJUKAN
Djam’an Satori, dkk., “Profesi Keguruan”, Universitas Terbuka, Jakarta, Cet.4, 2007
Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling.
Winardi. “Manajemen Konflik (Konflik Perubahan dan Pengembangan)”, Cetakan Kedua,2007, Mandar Maju, Bandung.